Almarhum Iqbal Rois Kaimudin |
"Hidup ini seperti
pensil yang pasti akan habis, tetapi meninggalkan tulisan-tulisan yang indah
dalam kehidupan" Nami
Aku
menghela nafas panjang seraya berdoa
dalam hati “semoga Allah memberikan sesuatu yang terbaik buat kamu”.
Aku
hampir saja lupa, bahwa tidak ada yang abadi di dunia ini saudaraku.seperti
embun yang bertanya tentang perginya basah di ujung pagi. Seperti suara yang meninggalkan sunyi, seperti kelopak
bunga yang gugur terbawa angin. Aku
hanya ingin mengutarakan diriku kagum dengan semangatmu saudaraku. Kagum dengan
sikapmu menerima begitu besar cobaan hidup, kagum dengan apa yang telah engkau
berikan sewaktu hidup sehingga begitu banyak memberikan inspirasi ke pada
setiap orang yang mengenalmu.
Pertemuan
kita begitu singkat saudaraku. Ku ingat 3 jam berlalu dari terbenamnya sang matahari.
Aku tergesa-gesa menggapai handphone
yang ku selipkan di salah-satu saku celana kerja. “hari ini waktunya mengunjungi
ikbal”. Ungkap ku dalam hati. Benar saja, ajakan demi ajakan sudah mulai ramai
bermunculan di grup whatapps di handphone-ku. Satu persatu pesan
kusempatkan untuk membalas sebelum teman
setempat tinggal denganku mengantarkan aku kerumah sakit.
Barang
kali ingatanmu tidak tertuju padaku saat itu saudaraku. Aku juga tidak mengapa.
Ku jelaskan lagi hari itu adalah hari
pertama aku mengenalmu. Hanya mampu berkenalan melalui tatapan mata lirih yang
seolah berkata perjuanganku belum usai saudaraku.
Masih terbayang tatapan matamu saudaraku. Aku hanya termangu sambil terbata-bata mengungkapkan nama di depan kamu dan istrimu. Kamu sangat beruntung saudaraku. Bahkan di dalam kesakitan yang teramatpun kamu masih mampu bersukur.
Masih terbayang tatapan matamu saudaraku. Aku hanya termangu sambil terbata-bata mengungkapkan nama di depan kamu dan istrimu. Kamu sangat beruntung saudaraku. Bahkan di dalam kesakitan yang teramatpun kamu masih mampu bersukur.
Aku
tidak pandai meramal kesembuhan saudaraku, ku utarakan doa dalam hati semoga
kamu diberikan kesembuhan. Meskipun yang
terjadi malah sebaliknya . Allah sang penguasa kehidupan memanggilmu saudaraku.
Ia menggaung nada disela bisik indahnya perjuangan. Semoga pergimu khusnul
khotimah.
#Tribute to Iqbal Rois Kaimudin
Tulisan
ini gue dedikasikan untuk almarhum Iqbal Rois Kaimudin. Per Juni 2015 divonis
mengidap kanker usus besar stadium IV. Sudah operasi kolostomi, sehingga harus
melakukan pembuangan dari perut. Beliau adalah penulis Blogger 'jalankemanagitu' Selamat
jalan kang ikbal “Ila liko fi jannah”(semoga bertemu kembali di
surga)insyaAllah.
Almarhum Iqbal Rois Kaimudin |
Yang kuingat, dia ga pernah lelah berjuang, disela sakitnya dia juga tidak menampakkan kelemahannya. Tapi ALLAH lebih sayang sama dia, semoga diberi tempat terbaik disisi-Nya.
BalasHapusAl Fatihah buat Iqbal...
BalasHapusSelamat Jalan Iqbal, walaupun raga tlah tiada namun budi baik dan karya karyamu akan selalu dikenang dan berguna bagi orang banyak
BalasHapusaaaaah aku rindu tulisan kak iqbal...
BalasHapusSemoga ia tenang dan damai di alam sana dalam tidur panjangnya.
BalasHapusrest in peace Iqbal
BalasHapus